Herdi Pamungkas
Kita mungkin pernah mendengar tentang kisah-kisah anak durhaka pada orang tua seperti Malin Kundang, misalnya, bahkan dalam kenyataan seperti bertebaran dalam media. Berita tentang anak yang mengusir orang tua, membunuh, berprilaku buruk dan lain sebagainya, tentu hal itu sangat menakutkan bagi orang tua.
Tidak ada seorang anak manusia pun yang bisa berhasil dan menjadi sukses tanpa peran serta orang tua yang telah berupaya merawatnya dari bayi hingga dewasa, baik dirasakan secara langsung atau pun tidak.
Sehinga ketika manusia sudah, menjadi, merasa sukses dalam urusan dunia sudah semestinya tidak melupakan jasa orang yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkannya. Betapa berdosanya jika perkara itu dilakukan manusia.
Dosa yang paling besar di atas dosar besar adalah dosa syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua seperti disebutkan dalam hadis berikut;
“maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini tiga kali. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua” (HR. Bukhari – Muslim).
Terkait dengan hal tersebut di atas maka Allah SWT. memerintahkan agar beribadah hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya, seperti disebutkan dalam firman-Nya;
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra : 23)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan; Allah Swt. memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kata qada dalam ayat ini mengandung makna perintah.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Waqada" bahwa makna yang dimaksud ialah memerintahkan.
Hal yang sama dikatakan oleh Ubay ibnu Ka'b, Ibnu Mas'ud., dan Ad-Dahhak ibnu Muzahim, mereka mengartikannya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia."
Dalam ayat berikutnya Allah SWT. memerintahkan agar manusia dalam menghadapi kedua orang tua dengan perkataan mulia dan merendahkan diri. Allah SWT. berfirman;
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” (QS. Al-Isra : 24)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” (QS. Luqman : 14)
Berbakti dan taat kepada orang tua hanya pada perkara yang ma’ruf. Bila orang tua menyuruh kepada kemusrikan, maka tidak boleh taat kepada keduanya. Meskipun demikian tetaplah keduanya harus diperlakukan dengan baik. Allah SWT . berfirman;
“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan” (QS. Luqman : 15)
Orang tua telah meninggal
Ketika orang tua telah tiada manusia masih bisa berbakti pada keduanya, seperti diriwayatkan dalam hadist berikut;
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata; “Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya, mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dalam hadist lain disebutkan menyedekahkan harta atas nama orang tua yang telah tiada itu pun bentuk bakti pada orang tua, seperti dalam riwayat berikut;
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari) Wallahu a'lam.
Post a Comment for "Durhaka kepada Kedua Orangtua, Dosa Paling Besar di Antara Dosa Dosa Besar, Setelah Syirik"