Herdi Pamungakas
"Kabayan, Kemed, Ajum, kalian bertiga mulai hari ini sudah bisa bekerja di perusahaan saya," ujar Haji Sobana.
Kabayan dan kedua temannya bersorak bahagia, tidak sia-sia membuat surat lamaran kerja. Akhirnya mereka berubah setatus dari pengangguran jadi karyawan.
"Tugas kalian kudu digawe disiplin jeung jujur. Cuma kalau mau niat korupsi silahkan! Semampu kalian dengan syarat tidak ada yang tahu!" tegas Haji Sobana. "Kalau ketahuan dipecat!"
"Asik atuh lamun kitu mah, Bray!" senyum Kemed.
"Lamun begini caranya mah urang bisa tereh beunghar, Bro." timpal Ajum semringah.
"Aya pertanyaan?" ujar Haji Sobana. "Kalau tidak artinya kalian sudah paham silahkan bekerja sekarang mah!" Haji Sobana pun pergi meninggalkan mereka.
"Kabayan, kenapa kamu mah dari tadi teh diam saja. Apa tidak merasa senang dengan pekerjaan dan kebebasan yang diberikan Pak Haji, Bray?"
"Tuh da silaing mah teu ngarti, Euy?" tatap Kabayan. Berlalu dari hadapan kedua temannya untuk melakukan pekerjaan yang sudah ditentukan.
"Barudak, kalian bertiga sudah tiga bulan bekerja di sini. Coba siapa yang paling banyak korupsi?"
"Uing, Pa!" Ajum dan Kemed hampir bersamaan mengangkat tangan.
"Bagus! Kabayan bagaimana kamu?" tatap Haji Sobana.
"Sayah mah tidak bisa Pa Haji?"
"Kenapa tidak bisa? Bukankah bisa sembunyi-sembunyi tanpa ketahuan seperti teman-teman kamu?"
"Ah, keukeuh sayah mah tidak bisa Pa Haji. Meskipun saya sembunyi tetap saja Gusti Alloh mah uningaeun." jawab Kabayan.
"Kamu lulus, Kabayan! Mulai besok diangkat jadi kepala gudang. Maneh Ajum, Kemed dipecat!" geram Haji Sobana.**
Post a Comment for " Korupsi"