Ilustrasi foto Pixabay
Herdi Pamungkas
Ketika nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam situasi berduka karena kehilang orang-orang yang sangat dicintainya yang dikenal dengan “Amul Huzni”, sekitar tahun ke 10 nubuwah (kenabian). Beliau telah kehilangan pamannya Abu Thalib dan istrinya Sayyidah Khadijah yang telah dipanggil Allah azza wa jalla kehadiratNya, serta umat Islam dalam keadaan tidak aman dari gangguan kafir qurais. Ditengah-tengah kesedihannya, beliau dijemput Malaikat Jibril untuk Isra’ Mi’raj.
Isra merupakan perjalan di malam hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama malaikat Jibril dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Baitul Maqdis (Palestina), seperti disebutkan dalam firman berikut;
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha “ (Al Isra’:1)
Sedangkan Miraj merupakan naiknya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari bumi (Masjidil Aqsha) menuju langit, berdasarkan firman Allah berikut;
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 1-18)
Perintah salat 5 waktu
Nabi Muhammad menerima perintah salat 5 waktu langsung dari Allah tanpa perantara. Salat merupakan amalan yang pertama kali akan dihisab. Seperti disebutkan dalam hadist berikut;
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR.Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Peristiwa Isra Miraj merupakan ujian keimanan bagi umat manusia terutama kaum muslimin. Ketika itu masyarakat mekah terbagi tiga ada yang tidak percaya seperti halnya kaum kafir quraisy, ada yang meragukan, dan ada yang mengimaninya tanpa ragu, seperti halnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Wallahu a'lam.
Post a Comment for "Isra Miraj Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Perintah Shalat 5 Waktu"